Produksi Beras di Pasar Induk Meningkat
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) PT Food Station Tjipinang, mampu meningkatkan produksi pengolahan beras dari 20 ton menjadi 60 ton per hari. Peningkatan volume produksi tidak terlepas dari faktor penambahan mesin pengolah beras.
Untuk mempercepat produksi, kini line output atau jalur pengepakan ditambah juga. Yakni dari sayu line menjadi tiga line
Kepala Humas PT Food Station Tjipinang, Sugito mengatakan, peningkatan volume produksi ini karena mesin yang dibeli dari Vietnam tahun 2016 lalu mampu meningkatkan produksinya. Seluruh beras yang diproduksi dengan logo PT FS Tjipinang, dijual ke pasar tradisional, supermarket dan swalayan. Beras dikemas dalam ukuran 5, 10, 25 hingga 50 kilogram.
"Setiap hari kini produksi beras PT Food Station Tjipinang mengalami peningkatan. Jika sebelumnya 20 ton per hari kini sudah mencapai 60 ton per hari," ujar Sugito, Jumat (26/8).
Stok Beras di DKI AmanKarena mengalami peningkatan, kini pemasarannya sudah ekspansi ke sejumlah kota besar di luar Pulau Jawa, seperti Pontianak, Batam, Natuna, dan Samarinda. Setiap wilayah biasanya dipasok sekitar 25 ton setiap pekan.
Harga beras yang ditawarkan bervariasi, tergantung pada jenisnya. Untuk jenis Rojolele dibanderol Rp 12 ribu per kilogram. Kemudian Pandan Wangi Rp 13 ribu per kilogram dan jenis Ramos Rp 11 -12 ribu per kilogram.
"Untuk mempercepat produksi, kini line output atau jalur pengepakan ditambah juga. Yakni dari satu line menjadi tiga line," lanjut Sugito.
Setiap hari stok beras di gudang secara dinamis sekitar 5.000 ton. Beras disuplai dari daerah Pantura di wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah hingga Jawa Timur.
Sekadar dikteahui, pengoperasian mesin pengolah beras itu diresmikan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama pada 17 Juni lalu. Mesin pengolah beras ini dibeli dari Vietnam menggunakan dana Penyertaan Modal Pemerintah (PMP) sebesar Rp 6,4 miliar.